|
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||
GENRE of THEATRE (ALIRAN TEATER) 1st Chapter
Seni, Teater, apa itu seni dan apa itu teater? Lebih jauh lagi, kenapa harus seni dan teater? Pertanyaan tersebut biasanya akan muncul pada orang-orang yang melihat para seniman yang berekspresi dan terlihat diluar kata wajar di mata mereka. Secara sederhana seni dan teater dapat difahami sebagai tempat atau wadah untuk berekspresi sehingga yang muncul adalah hasil eskpresi dari si seniman yang tentunya hanya akan difahami sepenuhnya oleh seniman itu sendiri. ”kenapa harus seni dan teater?” karena apabila dipandang secara luas maka hanya dunia ini yang sedikit atau bahkan mungkin hampir tidak ada yang mampu memanfaatkannya sebagai ”alat”. Tercatat dalam sejarah dunia maupun Indonesia bahwa beberapa upaya dari sebuah golongan atau kelompok dan yang lainnya yang mencoba menggunakan wadah ini sebagai alat hanya bertahan tidak lama. Contoh di dunia yaitu digunakannya teater sebagai alat propaganda. Kemudian contoh lain di Indonesia pada zaman partai komunis yang menjadikan teater sebagai alat sosialisme. Hasilnya hanya sedikit dari bagian dunia teater yang terlihat mulai tercampur dan kemudian seiring berjalannya waktu kembali pada kemurniannya.
Secara garis besar teater dapat dibagi atau dipetakan sebagai berikut: Peta Teater Modern
Akan tetapi garis besar tersebut tidak menentukan kualitas dari teater tersebut. Kualitas ditentukan oleh bagaimana karya yang dihasilkan.
Akan tetapi garis besar tersebut tidak menentukan kualitas dari teater tersebut. Kualitas ditentukan oleh bagaimana karya yang dihasilkan. Teater konvensional, yang pada umumnya professional, adalah teater yang diproduksi untuk penonton yang membeli tiket. Para pekerja teater berkecimpung dalam seni teater sebagai profesi, sebagai aktor, sutradara, desainer, dll. Di negara yang sudah maju dunia teaternya, teater profesional ini pentas secara rutin, satu repertoire bisa dimainkan puluhan, ratusan bahkan ribuan kali.(Ribut basuki : beban ideologi dan pengaruhnya Dalam perkembangan teater modern indonesia). Teater eksperimental, yang pada umumnya amatir, diproduksi tidak dengan terlalu mempertimbangkan penonton, karena tujuannya adalah eksperimen. Bahkan dalam Teater Miskin Grotowski, misalnya, ia kadang-kadang saja butuh penonton, itu pun hanya sedikit (Brook, 1968: 12). Seperti dalam peta di atas, penontonnya bisa kaum seniman sendiri atau para kritisi, dan mereka pun tidak harus bayar. Namun, perlu dicatat bahwa teater ekperimental bisa menjadi menghasilkan secara finansial ketika akhirnya banyak orang yang ingin menonton, seperti pada pertunjukan Waiting for Godot-nya Samuel Beckett yang konon hingga kini masih pentas disebuah gedung teater di Paris. . Karena pertunjukan itu dijual tiketnya, maka meski pun sebelumnya adalah hasil eksperimen, produksi itu sudah menjadi professional Mother Courage-nya Bertolt Brecht juga kadang diproduksi secara profesional, biasanya oleh kalangan universitas. Ini berarti bahwa teater eksperimenal bisa digarap secara profesional. August Wilson, eksperimentalis kontemporer itu, biasanya melakukan ini di negaranya, Amerika Serikat. Tetapi perlu dicatat bahwa harganya biasanya sangat mahal sehingga penontonnya juga kalangan terbatas.(Ribut basuki : beban ideologi dan pengaruhnya Dalam perkembangan teater modern indonesia). Sebagai catatan, teater konvensional berawal dari teater-teater experimental. Berbagai hasil eksperimen-eksperimen yang ada digabungkan sehingga menghasilkan sebuah tetater konvensional yang berkualitas bagus. Karena itu tidak semua teater konvensional ataupun eksperimental yang menentukan jenis teater mana yang lebih berkelas dan maju. Karena banyak teater eksperimental yang asal beda dan dibuat asal-asalan dan tentunya banyak pula teater konvensional yang hasil produksinya terkesan “basi” dan tidak berbobot. |
![]() |